Kisah Seru Para Pejuang Momongan
Judul Buku : Jangan Menyerah Bunda
Penulis : Anies Anggara, Dessy, Ayik
Penerbit : ByPass, Bogor.
Tahun terbit: 2013
Ketebalan : 298 halaman
Pertama melihat buku ini di Gramedia, saya tertarik dengan kaver dan tagline-nya, “Catatan Panjang Para Pejuang Momongan”. Saya sudah langsung menebak isinya, yaitu tentang perjuangan para bunda yang ingin memperoleh momongan namun dihadang oleh banyak kesulitan.
Betul kaan. Begitu saya mulai membaca, saya langsung merasa ‘betah’ membuka halaman demi halaman buku ini. Kisah perjuangan tiga bunda, yaitu Bund Anies, bunda Dessy, dan bunda Ayik, dalam mendapatkan buah hati sungguh menginspirasi. Membaca buku ini, saya seakan lupa bahwa kita, kaum perempuan, seringkali mudah menangis. Dikit-dikit nangis. Tapi tiga bunda ini, meski harus berjuang melawan segala kasus medis yang menyebabkan sulit mendapat momongan. Berbagai pengobatan, dari medis, alternatif, hingga sempat pergi ke orang ‘pintar’ dijalani. Beberapa kali keguguran dan mengalami sakit yang tak terkira, dengan tabah dijalani ketiga bunda.
Namun tiada yang lebih hebat dari kerjanya Tuhan. Ketika kepasrahan telah digenggam sepenuhnya, Dia mengulurkan tangan-Nya. Ketiga bunda istimewa ini mendapatkan hadiah terindah dari Tuhan. Sungguh mereka layak menerimanya.
Membaca buku ini membuat mata menghangat. Ketegaran ketiga bunda membuat tangis yang hendak tumpah menjadi urung, sebab ketiga bunda ini bercerita tentang kepedihan dan perjuangan mereka dengan hangat. Bukan dengan gaya mellow yang terkadang berkesan mengeluh. Tiga bunda ini tanpa sadar mengajak pembacanya tetap tegar dan berdiri meski badai kehidupan tengah berlangsung.
Yang saya salut lagi, buku ini padat berisi. Tiga bunda mencatat semua kasus dan pemeriksaan serta penanganannya dengan sangat teliti, detil, dan jelas. Istilah-istilah dalam obstetri dan ginekologi dijelaskan dengan gamblang dan mudah difahami, integrated dalam kisah, sehingga buku ini bebas dari footnote dan endnotes. Saya jadi tambah ilmu juga nih.
Sebagian kisah tiga bunda ini juga pernah saya alami, sehingga buku ini membuat saya seperti bernostalgia dengan masa lalu. Ada perih, sedih, nyeri, namun di ujung hujan tetap ada pelangi. Usai membaca, ingin rasanya saya berpelukan dengan ketiga bunda hebat ini, sebagai tanda syukur kita bahwa kita berhasil melewati ujian ini dengan baik.
Ada beberapa kutipan manis yang saya underlined dari buku ini.
Sesakti-saktinya manusia, adakah yang berani kasih jawaban mutlak bila berurusan dengan kuasa-Nya? (Halaman 26)
Nikmati setiap sakit yang datang (Halaman 136).
“Kita harus berprasangka baik sama Tuhan, Nak” (Halsman 166).
Selamat jalan, anakku. Jika kamu sudah bertemu kembali dengan Penciptamu, ucapkanlah syukur atas sepuluh hari kebersamaan yang telah kita lalui (Halaman 172).
Hal yang paling sulit kan melawan diri kita sendiri, ya. Dan gue lagi berusaha keras melawan kekhawatiran gue (Halaman 184).
Tapi percayalah Tuhan selalu kasih rezeki untuk tujuan yang positif (Halaman 234).
Singkatnya, buku ini recommended. Inspiratif banget buat semua calon ibu dan semua ibu. Perjuangan ketiga bunda ini mengilhamkan pada kita bahwa sejatinya seorang ibu adalah manusia terkuat di dunia. Tidak ada yang bisa mengalahkan keberanian dan kekuatan tekad seorang ibu jika dihadapkan pada kasih sayang untuk (calon) anaknya.
Kalaupun ada kekurangan pada buku ini, sama sekali tidak disertakan foto-foto pendukung. Padahal layaknya sebuah buku yang based on true stories, foto-foto pendukung sangat penting.
Tapi enggak terlalu masalah sih. Saya justru ingin berterima kasih pada Bunda Anies, Bunda Dessy, dan Bunda Ayik, yang telah mengingatkan makna ketabahan dan berpikiran positif dalam menjalani peran sebagai ibu. *hugs tiga bunda hebat*
Tulisan ini disertakan dalam lomba Giveaway Buku Jangan Menyerah Bunda karya Zoothera dkk.
Judul Buku : Jangan Menyerah Bunda
Penulis : Anies Anggara, Dessy, Ayik
Penerbit : ByPass, Bogor.
Tahun terbit: 2013
Ketebalan : 298 halaman
Pertama melihat buku ini di Gramedia, saya tertarik dengan kaver dan tagline-nya, “Catatan Panjang Para Pejuang Momongan”. Saya sudah langsung menebak isinya, yaitu tentang perjuangan para bunda yang ingin memperoleh momongan namun dihadang oleh banyak kesulitan.
Betul kaan. Begitu saya mulai membaca, saya langsung merasa ‘betah’ membuka halaman demi halaman buku ini. Kisah perjuangan tiga bunda, yaitu Bund Anies, bunda Dessy, dan bunda Ayik, dalam mendapatkan buah hati sungguh menginspirasi. Membaca buku ini, saya seakan lupa bahwa kita, kaum perempuan, seringkali mudah menangis. Dikit-dikit nangis. Tapi tiga bunda ini, meski harus berjuang melawan segala kasus medis yang menyebabkan sulit mendapat momongan. Berbagai pengobatan, dari medis, alternatif, hingga sempat pergi ke orang ‘pintar’ dijalani. Beberapa kali keguguran dan mengalami sakit yang tak terkira, dengan tabah dijalani ketiga bunda.
Namun tiada yang lebih hebat dari kerjanya Tuhan. Ketika kepasrahan telah digenggam sepenuhnya, Dia mengulurkan tangan-Nya. Ketiga bunda istimewa ini mendapatkan hadiah terindah dari Tuhan. Sungguh mereka layak menerimanya.
Membaca buku ini membuat mata menghangat. Ketegaran ketiga bunda membuat tangis yang hendak tumpah menjadi urung, sebab ketiga bunda ini bercerita tentang kepedihan dan perjuangan mereka dengan hangat. Bukan dengan gaya mellow yang terkadang berkesan mengeluh. Tiga bunda ini tanpa sadar mengajak pembacanya tetap tegar dan berdiri meski badai kehidupan tengah berlangsung.
Yang saya salut lagi, buku ini padat berisi. Tiga bunda mencatat semua kasus dan pemeriksaan serta penanganannya dengan sangat teliti, detil, dan jelas. Istilah-istilah dalam obstetri dan ginekologi dijelaskan dengan gamblang dan mudah difahami, integrated dalam kisah, sehingga buku ini bebas dari footnote dan endnotes. Saya jadi tambah ilmu juga nih.
Sebagian kisah tiga bunda ini juga pernah saya alami, sehingga buku ini membuat saya seperti bernostalgia dengan masa lalu. Ada perih, sedih, nyeri, namun di ujung hujan tetap ada pelangi. Usai membaca, ingin rasanya saya berpelukan dengan ketiga bunda hebat ini, sebagai tanda syukur kita bahwa kita berhasil melewati ujian ini dengan baik.
Ada beberapa kutipan manis yang saya underlined dari buku ini.
Sesakti-saktinya manusia, adakah yang berani kasih jawaban mutlak bila berurusan dengan kuasa-Nya? (Halaman 26)
Nikmati setiap sakit yang datang (Halaman 136).
“Kita harus berprasangka baik sama Tuhan, Nak” (Halsman 166).
Selamat jalan, anakku. Jika kamu sudah bertemu kembali dengan Penciptamu, ucapkanlah syukur atas sepuluh hari kebersamaan yang telah kita lalui (Halaman 172).
Hal yang paling sulit kan melawan diri kita sendiri, ya. Dan gue lagi berusaha keras melawan kekhawatiran gue (Halaman 184).
Tapi percayalah Tuhan selalu kasih rezeki untuk tujuan yang positif (Halaman 234).
Singkatnya, buku ini recommended. Inspiratif banget buat semua calon ibu dan semua ibu. Perjuangan ketiga bunda ini mengilhamkan pada kita bahwa sejatinya seorang ibu adalah manusia terkuat di dunia. Tidak ada yang bisa mengalahkan keberanian dan kekuatan tekad seorang ibu jika dihadapkan pada kasih sayang untuk (calon) anaknya.
Kalaupun ada kekurangan pada buku ini, sama sekali tidak disertakan foto-foto pendukung. Padahal layaknya sebuah buku yang based on true stories, foto-foto pendukung sangat penting.
Tapi enggak terlalu masalah sih. Saya justru ingin berterima kasih pada Bunda Anies, Bunda Dessy, dan Bunda Ayik, yang telah mengingatkan makna ketabahan dan berpikiran positif dalam menjalani peran sebagai ibu. *hugs tiga bunda hebat*
Tulisan ini disertakan dalam lomba Giveaway Buku Jangan Menyerah Bunda karya Zoothera dkk.