Judul : Sayap-sayap Sakinah
Penulis : Afifah Afra dan Riawani Elyta
Penerbit : Indiva, 2014
Genre : Nonfiksi, Pernikahan, Relationship
Halaman : 248 halaman
Saya senang baca buku pernikahan. Meski sudah banyak buku tentang itu yang say abaca, namun anehnya saya selalu dan selalu mencari buku lain dari tema tersebut. Seorang sahabat memberi saya hadiah buku yang berjudul “Sayap-Sayap Sakinah”. Pas banget, tahu saja dia buku yang saya suka. Terima kasih ya. Dan tak lama kemudian, saya sudah asyik membacanya. Tamat. Dan buku itu masuk ke dalam perpustakaan pribadi saya.
Berbulan-bulan kemudian, entah mengapa saya ingat dengan kisah cinta agung yang tertulis dalam buku itu, yaitu kisah cinta Ratu Bilqis dan Nabi Sulaeman as, serta kisah cinta Ali dan Fatimah az Zahra. Oh juga kisah Zaenab el Nafzawiya dengan Abu Bakar bin Umar dan Yusuf bin Tashwin. Kisah cinta yang indah agung. Maka, buku itu kembali saya baca. Ajaib, tiba-tiba saya seperti diingatkan kembali pada proses pernikahan saya, baik pra, dan pasca.
Bermacam topic yang ada di buku ini ternyata berhasil membawa kita kepada pemaknaan lebih dalam tentang pernikahan sebagai ikatan yang kuat (Mitsaqaan Ghalizaan) yang komitemnnta harus dijaga sepanjang hayat, karena perjanjiannya bukan hanya kepada pasangan dan orang tua, namun juga kepada Allah. Berbagai kisah indah menguatkan makna tentang pernikahan yang bukan hanya berlinang madu (jadi ingat di buku itu, ada singkatan BBM alias Bulan Berlinang Madu), namun juga memiliki masalah-masalah yang terkadang tidak sederhana. Berbagai istilah psikologi yang diambil juga tidak bikin pusing pembaca, malah justru menjadi bahan introspeksi, termasuk type apakah cinta kita dan pasangan hidup kita?
Yang menarik lagi, jarang buku pernikahan islami yang membahas tentang perjanjian pranikah. Nah di buku ini ada lho. Saya sih dulu memang enggak pakai perjanjian-perjanjian segala, enggak ada BBM alias Bulan Madu, enggak ada macam-macam. Ya nikah terus langsung ngontrak, dan langsung terjun bebas jadi istri. Tapi setelah kurang lebih empat belas tahun menikah, membaca buku karya dua sahabat saya ini, membuat saya harus mengevaluasi beberapa hal dari pernikahan saya dan suami. Maksudnya bukan berarti pernikahan kami enggak memenuhi syarat mencapai samara lho… tapi ternyata semakin lama menikah, banyak yang harus dirawat dan diperbaharui. Ya cinta kasih, rasa hormat dan saling menyayangi, komunikasi, dan… kondisi fisik. Maklumlah emak-emak dengan anak 3 tentu kondisinya kan beda banget ya sama waktu baru nikah dulu yang masih unyu-unyu. Di buku ini juga diuraikan lho tentang kekhawatiran menua dan hubungannya dengan pernikahan. Aissshhh … gue bangeeet ini.
Buku ini juga seakan mengajak kita bernostalgia dengan suka duka zaman pengantin baru dulu. Dan itu memang selalu indah dikenang, meski kadang bercampur miris. Hehehe…. Ya itu karena kondisi di lapangan sekarang sudah banyak berbeda. Alhamdulillah sih justru anehnya semakin kondisi di lapangan menjauhi kondisi masa lalu, ikatan dan chemistry dengan pasangan hidup jadi semakin kuat. Ini pasti campur tangan Allah.
Jadi memang saran saya, buku ini tidak hanya baguuuus buat yang mau menikah dan pengantin baru, tapi juga cocok sekali untuk para pengantin buluk seperti saya, yang butuh penguatan dan peremajaan kondisi. Hahaha,… istilahnyaaaa. Yuk, rawat lagi dan bangun lagi kondisi rumah tangga kita, meski sudah puluhan tahun akad nikah berlalu. Jaga terus komitmen kuat kita. Azamkan niat untuk tua bersama si Sayang dengan bahagia, bahkan hingga ke Jannah-Nya.
Kalau mau disebutkan kekurangan dari buku ini, adalah kurangnya… eh bahkan enggak adanya satu ilustrasi gambar/fotopun. Padahal cakepnya kan ada ilustrasi perbab gitu. Enggak apa-apa kok foto jeung Afra dan suami, juga jeung Lyta dan suami. Bisa diusulkan mungkin, untuk cetakan-cetakan selanjutnya, mengingat konon kabarnya buku ini larisss manissss, bahkan dibuatkan sekuelnya.
Oops, lupa. Bagi penyuka puisi romantis, di bab terakhir buku ini ada beberapa puisi yang menghanyutkan hati lho. Karya Jeung Afra yang ternyataaaa yaaa… romantisnyaaa ampun deh.
Penasaran? Ya udah, beli bukunya dan nikmati keindahan dan untaian hikmah buku ini.
Judul : Sayap-sayap Sakinah
Penulis : Afifah Afra dan Riawani Elyta
Penerbit : Indiva, 2014
Genre : Nonfiksi, Pernikahan, Relationship
Halaman : 248 halaman
Saya senang baca buku pernikahan. Meski sudah banyak buku tentang itu yang say abaca, namun anehnya saya selalu dan selalu mencari buku lain dari tema tersebut. Seorang sahabat memberi saya hadiah buku yang berjudul “Sayap-Sayap Sakinah”. Pas banget, tahu saja dia buku yang saya suka. Terima kasih ya. Dan tak lama kemudian, saya sudah asyik membacanya. Tamat. Dan buku itu masuk ke dalam perpustakaan pribadi saya.
Berbulan-bulan kemudian, entah mengapa saya ingat dengan kisah cinta agung yang tertulis dalam buku itu, yaitu kisah cinta Ratu Bilqis dan Nabi Sulaeman as, serta kisah cinta Ali dan Fatimah az Zahra. Oh juga kisah Zaenab el Nafzawiya dengan Abu Bakar bin Umar dan Yusuf bin Tashwin. Kisah cinta yang indah agung. Maka, buku itu kembali saya baca. Ajaib, tiba-tiba saya seperti diingatkan kembali pada proses pernikahan saya, baik pra, dan pasca.
Bermacam topic yang ada di buku ini ternyata berhasil membawa kita kepada pemaknaan lebih dalam tentang pernikahan sebagai ikatan yang kuat (Mitsaqaan Ghalizaan) yang komitemnnta harus dijaga sepanjang hayat, karena perjanjiannya bukan hanya kepada pasangan dan orang tua, namun juga kepada Allah. Berbagai kisah indah menguatkan makna tentang pernikahan yang bukan hanya berlinang madu (jadi ingat di buku itu, ada singkatan BBM alias Bulan Berlinang Madu), namun juga memiliki masalah-masalah yang terkadang tidak sederhana. Berbagai istilah psikologi yang diambil juga tidak bikin pusing pembaca, malah justru menjadi bahan introspeksi, termasuk type apakah cinta kita dan pasangan hidup kita?
Yang menarik lagi, jarang buku pernikahan islami yang membahas tentang perjanjian pranikah. Nah di buku ini ada lho. Saya sih dulu memang enggak pakai perjanjian-perjanjian segala, enggak ada BBM alias Bulan Madu, enggak ada macam-macam. Ya nikah terus langsung ngontrak, dan langsung terjun bebas jadi istri. Tapi setelah kurang lebih empat belas tahun menikah, membaca buku karya dua sahabat saya ini, membuat saya harus mengevaluasi beberapa hal dari pernikahan saya dan suami. Maksudnya bukan berarti pernikahan kami enggak memenuhi syarat mencapai samara lho… tapi ternyata semakin lama menikah, banyak yang harus dirawat dan diperbaharui. Ya cinta kasih, rasa hormat dan saling menyayangi, komunikasi, dan… kondisi fisik. Maklumlah emak-emak dengan anak 3 tentu kondisinya kan beda banget ya sama waktu baru nikah dulu yang masih unyu-unyu. Di buku ini juga diuraikan lho tentang kekhawatiran menua dan hubungannya dengan pernikahan. Aissshhh … gue bangeeet ini.
Buku ini juga seakan mengajak kita bernostalgia dengan suka duka zaman pengantin baru dulu. Dan itu memang selalu indah dikenang, meski kadang bercampur miris. Hehehe…. Ya itu karena kondisi di lapangan sekarang sudah banyak berbeda. Alhamdulillah sih justru anehnya semakin kondisi di lapangan menjauhi kondisi masa lalu, ikatan dan chemistry dengan pasangan hidup jadi semakin kuat. Ini pasti campur tangan Allah.
Jadi memang saran saya, buku ini tidak hanya baguuuus buat yang mau menikah dan pengantin baru, tapi juga cocok sekali untuk para pengantin buluk seperti saya, yang butuh penguatan dan peremajaan kondisi. Hahaha,… istilahnyaaaa. Yuk, rawat lagi dan bangun lagi kondisi rumah tangga kita, meski sudah puluhan tahun akad nikah berlalu. Jaga terus komitmen kuat kita. Azamkan niat untuk tua bersama si Sayang dengan bahagia, bahkan hingga ke Jannah-Nya.
Kalau mau disebutkan kekurangan dari buku ini, adalah kurangnya… eh bahkan enggak adanya satu ilustrasi gambar/fotopun. Padahal cakepnya kan ada ilustrasi perbab gitu. Enggak apa-apa kok foto jeung Afra dan suami, juga jeung Lyta dan suami. Bisa diusulkan mungkin, untuk cetakan-cetakan selanjutnya, mengingat konon kabarnya buku ini larisss manissss, bahkan dibuatkan sekuelnya.
Oops, lupa. Bagi penyuka puisi romantis, di bab terakhir buku ini ada beberapa puisi yang menghanyutkan hati lho. Karya Jeung Afra yang ternyataaaa yaaa… romantisnyaaa ampun deh.
Penasaran? Ya udah, beli bukunya dan nikmati keindahan dan untaian hikmah buku ini.